Perkenalkan nama saya Wildan Taufiqur Rahman, kelahiran Kediri, 7 Desember 1991. Kediri adalah darah yang mengalir dalam diri saya, dan Surabaya adalah raga yang membesarkan saya hingga dewasa seperti sekarang ini. Semasa kecil saya suka sekali hal-hal yang berbau petualangan, hal tersebut yang membuat saya merasa dekat dengan alam, saya gemar mengoleksi hewan seperti serangga yang biasanya saya cari disekitar rumah, selain berpetualang kegemaran lainnya adalah melakukan penelitian sederhana hanya untuk sekedar merancang alat-alat baru. Saya sering membuat rekayasa benda-benda aneh yang menurut saya pribadi akan membantu kehidupan manusia, saya sendiri juga pernah melakukan percobaan dengan media sebuah botol, untuk menciptakan racun paling mematikan dunia. Saya campur dalam larutan cair yang didalamnya terdiri dari banyak bahan, lalu saya simpan dalam kulkas.
Saya suka dengan dunia biologi, itu pelajaran yang paling menarik bagi saya. Dimana saya bisa mempelajari alam dengan lebih detail. Saya sering kali membeli hewan, seperti burung, ayam, bebek, kelinci, ikan, namun kebanyakan dalam waktu tidak lama semuanya pasti mati, bukan karena usia tua namun kesalahan saya dalam merawat mereka, dan saya hanya bisa sedih ketika mereka mati. Saya hobi menulis cerita pendek, saat masih sekolah dasar mungkin kelas 1 dan 2, saya sering bertanya pada adek saya tentang cerita apa yang mereka inginkan, lalu setelah menemukan ide maka saya menuliskan cerita tersebut dalam sebuah buku tulis kotak-kotak. Ceritanya tidak pernah selesai namun disitulah pertama kalinya saya belajar menulis!. Seringkali mengangkat tokoh-tokoh hewan.
Saya hobi menggambar, sederhana saja. Menggambar yang masih berhubungan dengan dunia hewan, jujur saya kesulitan jika harus menggambar wujud manusia. Bangsa hewan lebih mudah untuk saya visualisasikan. Saya sering menggambar wujud monster sampai dengan dinaosaurus yang sering saya lihat dalam kartun-kartun di hari minggu. Saya merasa memiliki banyak sekali imajinasi mulai dari kecil hingga masa sekarang ini. Saya suka melamun untuk menciptakan apa yang ingin saya wujudkan.
Saat kecil, saya merasa ada hal yang aneh dan itu sulit itu dimasukkan dalam dunia rasional, hal tersebut berhubungan dengan alam astral yang tak terjamah oleh mata.Sebuah fenomena yang pada akhirnya menjadi bagian dari hidup saya.
Teringat dalam memori hidup saya, dimana saat didaulat sebagai lulusan terbaik mahasiswa fakultas ilmu budaya universitas airlangga, alhamdulillah" itu yang bisa saya ucapkan dan ayah-ibu tampak tersenyum dari tempat duduknya yang berselimut kain putih. Mereka bangga.
Wartawan adalah pekerjaan selanjutnya yang sempat saya lakoni, masa sulit mencari berita memang punya kisah tersendiri. Tidak mudah!!, tapi ini adalah pekerjaan yang menyenangkan. Kita selalu diajarkan untuk mencintai apa yang kita kerjakan. Tidak terlalu lama menjadi wartawan akhirnya saya berhasil melanjutkan studi master di Univeritas Leiden, Belanda, mengambil program sejarah islam yang fokusnya di Indonesia. Cukup lama menjalani proses perkuliahan dan ditengah perjalanan master saya harus mengisinya dengan sebuah momen yang bernama pernikahan. Dia datang bagai bidadari yang sengaja diterbangkan oleh Tuhan ke dunia. Dia adalah matahari sekaligus bulan yang sinarnya tak pernah padam walau cahaya telah hilang.
Lulus dari program master, alhamdulillah sempat melakukan beberapa pekerjaan sebagai jurnalis sebuah media nasional dan beruntungnya bisa mengikuti misi-misi kemanusia internasional. Gaza adalah salah satu tempat impian saya, dan sekarang sudah saya kunjungi, menjadi photografer profesional juga masih saya lakoni walaupun status saya adalah sebagai ilmuwan sejarah. Beberapa daerah di afrika maupun daerah konflik lainnya pernah saya datangi juga.
Terlepas dari keseriusan yang ada, saya juga aktif sebagai penyair yang sering kali baca puisi dalam tema-tema beragam, menulis banyak buku puisi yang membahas banyak problem di negeri pertiwi saya. Komunitas Rumah Menulis yang saya dirikan saat masa mahasiswa, kini menjadi komunitas literasi internasional yang anggotanya melingkup seluruh dunia. Adek-adek saya dulu yang membantu dalam menggerakkan komunitas ini, sekarang mereka menjadi orang-orang ternama dalam jajaran sastrawan indonesia.
Alhamdulillah, bisa mengambil program doctor di Universitas Sorbone, Prancis. Istri memang tidak bisa selalu menemani perjalanan saya, tapi dia adalah doa yang selalu saya genggam dalam dada. Istri juga mahasiswa yang jebolan universitas negeri di indonesia, dan juga mengambil master di luar negeri. Selama di prancis kemampuan sastra saya berkembang lebih cepat dan saya sering menghadiri teater yang digelar disana, selama di Sorbone saya masih tetap belajar tentang sejarah.
Perjalanan memang panjang, dan saya merasa senang bisa berkumpul dengan teman-teman yang masih satu prinsip walau hidup diluar negeri, sering kali mereka disebut sebagai "ikhwah". Dua sahabat karibku kini telah sukses, mereka hidup dengan passionnya masing-masing. Apoteker dan Politisi.
Saya dalam tiap minggunya masih sering membina kelompok lingkaran peradaban, masih sama seperti dikampus dulu. Kita melingkar untuk membakar semangat kebaikan.
Selanjutnya pasca lulus dari program doctor, saya tidak langsung kembali ke Indonesia, namun hidup cukup lama di Prancis sebagai asisten professor. Pengalaman hidup sebagai jurnalis, penulis, penyair, photografer , ilmuwan dan dai membuat mental diri saya semakin matang. Hidup itu perjuangan.
Hari itu, awal januari dan tepat pergantian tahun , saya pulang ke Indonesia, di pintu keluar penumpang Bandara Juanda Surabaya, saya disambut oleh dua wanita yang telah banyak berjasa dalam hidup saya, sebelah kiri adalah wanita yang dengan keringat dan darahnya telah melahirkan saya dan membesarkan saya, sebelah kanannya ada wanita yang pandangan matanya telah lama saya rindukan-"Kesholehannya masih saja bisa saya rasakan" . Saya mencium tangan wanita yang sebelah kiri dan saya mencium kening wanita yang sebelah kanan.
Alhamdulillah, Allah kumpulkan kami di Surga.
#dream.